Rabu, 16 April 2014

Penghargaan Nobel

apa itu Penghargaan Nobel, Penghargaan Nobel dianugrahkan setiap tahun kepada mereka yang telah melakukan penelitian yang luar biasa, menemukan teknik atau peralatan yang baru atau telah melakukan kontribusi luar biasa ke masyarakat. Hal ini saat ini dianggap sebagai penghargaan    tertinggi bagi mereka yang mempunyai jasa besar terhadap dunia. stockholm adalah tempat bagi ilmuan dunia mendapatkan penghargaan sekelas piala oscar tersebut. 10 desember adalah hari dimana mata dunia tertuju pada stockholm karena pada tanggal tersebut Penghargaan Nobel diberikan kepada orang yang berjasa bagi dunia.
             Penghargaan Nobel pertama kali diberikan berdasarkan wasiat Alfred Nobel, seorang industrialis Swedia, dan seorang penemu dinamit. Dia menandatangani wasiat tersebut di Swedish-Norwegian Club di paris pada tanggal 27 November  1895. Hal ini dilakukan karena ia terkejut melihat hasil penemuannya justru dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang merusak, dan dia menginginkan agar penghargaan Nobel diberikan kepada mereka yang berjasa besar terhadap kemanusiaan

 Nobel memang menggiurkan karena memberi nama harum tidak hanya bagi penerimanya, tapi juga bagi negara asal pemenang hadiah tersebut. Telah lama para ilmuwan Indonesia memimpikan munculnya pemenang Nobel asal Indonesia. Perguruan tinggi seperti ITB secara diam-diam memiliki ambisi untuk melahirkan pemenang Nobel

Upaya untuk mendapatkan Nobel juga dilakukan beberapa ilmuwan tanah air lewat berbagai cara. Bahkan ada yang mentargetkan hadiah Nobel pada tahun 2020. Dengan mengikuti berbagai olimpiade sains, mereka mengharapkan akan muncul bibit-bibit unggul ilmuwan Indonesia yang berkiprah dalam tingkat dunia. 
Ambisi untuk mendapatkan hadiah Nobel didasarkan pada asumsi sekaligus harapan bahwa pemberian Nobel bagi ilmuwan Indonesia akan berdampak pada perkembangan sains di tanah air. Pandangan ini menurut saya salah kaprah. Nobel bukanlah sebab, melainkan akibat. Berhasilnya seorang ilmuwan mendapatkan Nobel adalah hasil dari bekerjanya institusi sains di mana ilmuwan itu berada. 
Nobel bukan penghargaan yang diberikan seperti lomba balap karung. Artinya yang dinilai bukanlah karya yang dihasilkan semalam suntuk, melainkan melalui proses evaluasi atas seluruh hasil kerja sang ilmuwan dan dampaknya terhadap bidang yang digelutinya. Tidak heran jika penerima Nobel pada umumnya ilmuwan yang telah berkecimpung pada satu bidang tertentu selama puluhan tahun. 
Dengan kata lain, karya yang berkualitas Nobel sangat tergantung pada proses berkarya sang ilmuwan. Di sini dapat dilihat bahwa sistem atau institusi sains di mana ilmuwan itu berada sangat berpengaruh dalam menentukan apakah seseorang ilmuwan mampu menghasilkan karya berkualitas Nobel atau tidak. 
Mentargetkan hadiah Nobel memang tidak salah. Tetapi mungkin ini kedengaran sedikit lucu karena Amerika Serikat yang merupakan negara penerima hadiah Nobel terbanyak tidak pernah membuat target semacam itu. Bahkan perguruan tinggi ternama seperti MIT, Harvard, maupun Caltech tidak memiliki program khusus mendapatkan Nobel. Mereka banyak memiliki professor penerima Nobel karena sistem insentif dan kondisi yang kondusif yang dinikmati para peneliti di situ. Tidak jarang ilmuwan penerima Nobel justru tadinya bekerja di perguruan tinggi lain lalu pindah (tepatnya dibajak) ke salah satu perguruan tinggi ternama tersebut. 
Siapapun akan bangga jika seorang ilmuwan Indonesia berhasil mendapatkan hadiah bergengsi tersebut. Tetapi ambisi mendapatkan hadiah Nobel hanya membelokkan kita dari realitas di mana yang perlu dibenahi terlebih dahulu adalah institusi sains itu sendiri. Sejenius apapun seorang ilmuwan jika dia berada pada sistem yang tidak kondusif maka Nobel hanyalah sebuah impian. 
Karena itu akan jauh lebih penting jika perhatian terhadap sains di tanah air difokuskan tidak pada ambisi prestisius tetapi pada persoalan bagaimana institusi sains kita dapat bekerja baik dan memberikan kontribusi langsung bagi masyarakat. 
Berbagai permasalahan ekonomi, sosial, dan kesehatan yang dihadapi Indonesia saat ini membutuhkan perhatian serius dari para ilmuwan kita. Dibutuhkan kesadaran para ilmuwan kita untuk mau berpikir secara pragmatis agar institusi sains kita mampu memberikan manfaat langsung bagi masyarakat luas. Bisa jadi inilah jalan yang paling tepat bagi ilmuwan Indonesia menuju Stockholm.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar